Pengaruh Televisi terhadap Perkembangan Karakter Anak


Seminar Literasi Media dengan tema,” Memerkuat Peran Ibu Dalam Melindungi Anak dari Pengaruh Negatif Siaran Televisi Melalui Pembentukan Jaringan Sosial Berbasis Media Baru” yang diselenggarakan oleh Perkumpulan Masyarakat Peduli Media (MPM) Yogyakarta bekerjasama dengan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Provinsi DIY, Sabtu, 3 Nopember 2012 berlangsung di Taman Budaya Yogyakarta (TBY). Selain GKR Hemas, narasumber lain yang tampil adalah Prof. Dr. C.Asri Budiningsih dari Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).Dalam presentasinya yang bertajuk,” Mendampingi Anak Menonton Televisi secara Sehat dari perspektif Psikologi Pendidikan” Prof. Asri mengatakan bahwa perilaku dan karakter manusia dipengaruhi oleh kerja otak dari masing-masing orang. Oleh karena itu orang tua perlu memperhatikan tahun-tahun penting masa perkembangan otak anak, yaitu sejak lahir hingga berusia 10 tahun. Berdasarkan penelitian para ahli, 50% kamampuan belajar seseorang ditentukan ketika ia berusia 4-5 tahun, dan 30% dibentuk sampai dengan usia sekitar 9 tahun, sedangkan pengetahuan yang diperoleh sesudah itu dibangun di atas dasar yang sudah ada. Pertumbuhan yg pesat terjadi pada tahun-tahun pertama, kemudian melambat. Anak-anak yang pada 3 tahun pertama perkembangannya mengalami hambatan, cenderung mengalami masalah pada masa kanak-kanak dan remaja.

Sebagai media massa, pada satu sisi televisi merupakan sumber informasi, pendidikan dan hiburan, tetapi pada sisi lain televisi juga berisi informasi negatif seperti kekerasan, bahasa kasar, tidak santun, konsumtivisme, mistik, pornografi, dan nilai moral yang rendah. Bahkan menurut catatan dari Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA) Jakarta, 91% program televisi adalah untuk orang dewasa, 97% meerupakan program hiburan, dan hanya 3% yang merupakan program pendidikan. Di samping itu banyak iklan tidak sesuai seperti konsumtif dan hedonistik. Banyaknya tayangan film yang mengandung kekerasan, horor, perselingkuhan, seksual, persekongkolan, reka ulang tindak kejahatan dan lain-lain menjadikan anak penakut, dan suka melawan. “Anak-anak kita sekarang matang sebelum waktunya”, kata Profesor Asri.

Anak umur 0-3 tahun yang suka nonton TV berpotensi mengalami gangguan dalam proses penyambungan synaps syaraf otak, karena anak pada usia ini tidak mampu memproses informasi pada tayangan TV. Siaran televisi menampilkan gambar, suara, warna, gerakan-gerakan yang begitu cepat berganti-ganti, membuat otak anak menjadi overload. Sel-sel syaraf otak yang tidak tersambung akan mati, shg kemampuan anak dlm memaknai respon-respon dr lingkungan akan terganggu, dan waktu belajar anak akan terhambat.

Menurut para ahli, pengaruh televisi terhadap perkembangan otak, antara lain menghambat perkembangan bicara, membaca-verbal/pemahaman, perkembangan kecerdasan, ekspresi lewat tulisan; meningkatkan agresivitas; sulit membedakan kenyataan dengan yang palsu; serta terjadi ketidakseimbangan otak kanan dan kiri.

Akibatnya, anak tidak dapat fokus/konsentrasi pada hal-hal yang bermanfaat dalam kehidupannya; berubah karakternya menjadi tidak realistic; tidak sabar menganggap semuanya instan; menjadi pasif tidak perduli dan kurang berempati; menirukan sifat buruk seperti adegan yang disaksikan; malas bergerak, cenderung mengalami obesitas; dan Matang sebelum waktunya.

Selain itu televisi juga memiliki dampak: sebagai pelarian, membentuk sifat konsumtif, hedonis, agresif, tidak realistis, menghambat konsentrasi dan kreativitas, malas membaca dan doa, sering menunda tugas, menghambat perkembangan sensomotorik, menghambat kemampuan sosial, dan anak cenderung pasif. Tayangan televisi yang tidak sesuai dengan tingkat perkembangan anak dapat membentuk karakter negatif. Oleh karena itu peran orang tua untuk melindungi anak pada waktu menonton televisi sangat diharapkan agar anak terbebas dari pengaruh-pengaruh negatif siaran televisi.