
Kewajiban
taat dan patuh bagi seorang muslim (terhadap pemimpinnya) itu dalam hal yang
disukai maupun yang tidak disukai selama tidak diperintah berbuat maksiat. Jika
ia disuruh berbuat maksiat, maka ia tidak perlu mendengar dan tidak perlu taat
(HR. Muslim).
Bagi kita sesama anggota masyarakat, salah satu yang harus
kita buktikan sesudah Ramadhan berakhir adalah mewujudkan rasa kasih sayang,
hal ini karena shoum Ramadhan memang mendidik kita untuk memiliki
kasih sayang, bukan permusuhan. Karenanya ketika ada orang mengajak kita
berkelahi dan melakukan penghinaan, maka kita tidak usah melayaninya,
Rasulullah SAW bersabda:
Dari
Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Puasa bukanlah hanya
menahan diri dari makan dan minum, sesungguhnya puasa adalah menahan diri dari
perkataan dan perbuatan kotor, maka jika ada seseorang yang menghina atau
berbuat bodoh kepadamu, katakanlah, sesungguhnya aku sedang berpuasa,
sesungguhnya aku sedang berpuasa.”( Shahih Ibnu Khuzaimah).
Terwujudnya kasih sayang antar manusia merupakan kebutuhan
penting dalam kehidupan masyarakat yang sejahtera, karena tidak ada alasan bagi
mereka untuk melakukan konflik dan mengembangkan konflik, karena masing-masing
sudah bisa menjalani kehidupan dengan baik dan ini tentu ingin dipertahankan.
Pada masyarakat yang sejahtera dikembangkanlah rasa kasih dan sayang antar
sesama. “Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing” bukan hanya semboyan indah
tanpa realisasi.
Kebahagiaan dan kesejahteraan dalam kehidupan masyarakat
akan terwujud manakala kita saling sayang menyayangi dengan sesama. Di samping
itu keindahan hidup juga bisa dilihat dan dirasakan bila kasih sayang antar
sesama menjelma dalam kehidupan sehari-hari. Paling tidak, ada enam hal yang
harus diwujudkan sebagai cermin dari saling sayang menyayangi antar sesama
kita.
Pertama, saling menghormati
sehingga tidak ada buruk sangka, tidak mengejek, dan tidak memanggil dengan
panggilan yang buruk, tidak mencari aib atau kejelekan, dan tidak menggunjing,
Allah SWT berfirman:
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain
(karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang
mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita wanita-wanita mengolok-olokkan wanita
yang lain (karena) boleh jadi wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari
wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan
janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk
panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak
bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. Hai orang-orang yang
beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka
itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan
janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang
di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati?. Maka tentulah kamu
merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang (QS Al Hujurat [49]:11-12).
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu
Kaum Muslimin Yang Dimuliakan Allah.
Kedua, Tolong Menolong, ini
merupakan sesuatu yang saling dibutuhkan, sehebat dan sekuat apapun manusia
sangat membutuhkan pertolongan atau kerja sama dalam kebaikan, bahkan sedapat
mungkin tetap memberi pertolongan meskipun dia sendiri berada dalam kesusahan,
dia harus berusaha mencintai saudaranya sesama muslim sebagaimana dia mencintai
dirinya sendiri, seperti dalam firman Allah:
Dan
tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa, dan jangan tolong
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”(QS Al Maidah [5]:2).
Di dalam satu hadits, Rasul SAW bersabda:
Tidak
beriman seseorang dari kamu sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia
mencintai dirinya sendiri” (HR. Bukhari dan Muslim dari Anas).
Di antara maksud ta’awun dalam kebajikan adalah menghilangkan
atau paling tidak mengurangi kesulitan orang lain, bila ini dilakukan,
keutamaannya adalah ia akan dihilangkan kesusahannya oleh Allah SWT dalam
kehidupan di akhirat, bahkan orang yang suka menolong akan mendapatkan
pertolongan dari Allah SWT, Rasulullah SAW bersabda:
Dan
barang siapa yang memberikan kemudahan (membantu) kepada orang yang kesusahan,
niscaya Allah akan membantu memudahkan urusannya di dunia dan di akhirat. Dan
barang siapa yang menutup aib orang muslim , niscaya Allah akan menutup aibnya
dunia dan akhirat. Sesungguhnya Allah akan selalu menolong seorang hamba selama
dia gemar menolong saudaranya. (HR. Muslim)
Di samping itu, secara spesifik, Rasulullah SAW juga
menyebutkan tolong menolong dalam arti yang luas, yakni mencegah dan
menghentikan kezhaliman, beliau bersabda:
Tolonglah
saudaramu yang berbuat zhalim yang yang dizhalimi. Nabi ditanya: “Bagaimana aku
menolong yang berbuat zhalim?”. Beliau menjawab: “Engkau mencegah
(menghentikan) dari kezhaliman, karena sesungguhnya itulah menolongnya (HR.
Bukhari, Ahmad dan Tirmidzi).
Ketiga, Saling Memberi
Nasihat (taushiyah) sehingga seorang muslim yang hendak melakukan kesalahan
akan meninggalkannya, dan bila terlanjur salah, maka kesalahan itu tidak sampai
menjadi kebiasaan dan karakter dirinya. Oleh karena itu, orang baik membutuhkan
nasihat agar ia bisa mempertahankan kebaikan atau bertambah baik, sedangkan
orang yang belum baik membutuhkan nasihat agar menjadi baik, ini akan mencegah
manusia dari kerugian, Allah SWT berfirman:
Sesungguhnya
manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal shalih serta nasihat menasihati supaya menaati kebenaran
dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran (QS Al Ashr [103]:2-3).
Keempat, Melindungi
Keselamatan Harta dan Jiwa sehingga adanya seorang muslim akan memberikan
ketenangan bagi muslim lainnya, Rasulullah SAW bersabda:
Siapa
saja yang melindungi harta benda saudaranya, Allah akan lindungi wajahnya dari
sentuhan api neraka (HR. Ahmad).
Di dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda:
Seorang
mukmin adalah mereka yang mampu memberikan keamanan bagi mukmin lainnya, baik
keamanan diri maupun harta (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Hakim).
Bila sesama muslim secara umum harus saling melindungi,
apalagi dengan tetangga. Karena itu, manakala tetangga sampai tidak merasa aman
dari keburukan kita, maka Rasulullah SAW memvonis kita sebagai orang yang tidak
beriman, hal ini karena kita seharusnya bisa melindungi dan memberikan
pertolongan kepada tetangga, bukan malah kita berlaku buruk kepadanya, beliau
bersabda:
Demi
Allah tidak beriman, Demi Allah tidak beriman, Demi Allah tidak beriman.
Sahabat bertanya: “Siapakah yang tidak beriman?”. Jawab Nabi: “Orang yang
tetangganya tidak aman dari keburukannya” (HR. Bukhari dan Muslim).
Oleh karena itu, manakala kita betul-betul tidak bisa
berlaku baik kepada tetangga sehingga mereka tidak merasa aman dari keburukan
kita, maka ancamannya adalah tidak akan dimasukkan oleh Allah SWT ke dalam
surga, Rasulullah SAW bersabda:
Tidak
masuk surga orang yang tetangganya tidak aman dari keburukannya (HR. Muslim).
Kelima, Saling Memaafkan.
Manakala seseorang melakukan kesalahan, mungkin saja ia membalas kesalahannya
itu, namun balaslah dengan balasan yang setimpal, jangan sampai pembalasan yang
melebihi dari kesalahan yang dilakukannya, sedangkan memaafkan kesalahan orang
tersebut merupakan sesuatu yang lebih baik, ini merupakan akhlak baik sesama
muslim sehingga Allah SWT menyiapkan pahala untuknya, Allah SWT berfirman:
Dan
balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa
memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya
Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim (QS Asy syura [42]:40).
Hal-hal yang diutamakan di dalam Islam berarti memiliki
keistimewaan tersendiri di hadapan Allah SWT dan Rasul-Nya, karena itu setiap
muslim harus berusaha memilikinya, salah satunya adalah memaafkan kesalahan
orang lain, apalagi bila ia seorang muslim, Allah SWT berfirman:
Sesungguhnya
dosa itu atas orang-orang yang berbuat zhalim kepada manusia dan melampaui
batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih. Tetapi orang
yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu
termasuk hal-hal yang diutamakan (QS Asy syura [42]:42-43).
Orang yang berukhuwah dan berkasih sayang tentu saja mudah
memaafkan kesalahan orang lain, hal ini karena ia menyadari tidak ada orang
yang bersih dari kesalahan. Karena itu, bila seorang muslim bersalah yang
menyebabkan tidak ada tegur sapa, maka ia mau memaafkan kesalahan orang lain
dan ditunjukkannya dengan bertegur sapa dan memberi salam terlebih dahulu,
Rasulullah SAW bersabda:
Tidak
halal bagi seorang muslim tidak bertegur sapa dengan saudaranya lebih dari tiga
hari malam, yaitu mereka bertemu, lalu yang ini berpaling dan yang itu
berpaling, tetapi orang yang paling baik adalah yang paling dahulu memberi
salam (HR. Muslim).
Keenam , dalam mewujudkan
masyarakat yang berkasih sayang adalah saling memberi hadiah, karenanya sekecil
apapun nilai dari hadiah itu, kita harus melakukan atau menerimanya, Rasulullah
SAW bersabda:
Saling
menghadiahilah kalian karena sesungguhnya hadiah itu akan mencabut atau menghilangkan
kedengkian.” (HR. Ibnu Majah)
Bahkan secara khusus, kepada para wanita, Rasulullah SAW
berpesan:
Wahai
wanita-wanita muslimah, jangan sekali-kali seorang tetangga menganggap remeh
untuk memberikan hadiah kepada tetangganya walaupun hanya sepotong kaki
kambing.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dengan demikian, sudah seharusnya kita kembali dalam suasana
perdamaian yang kesemuanya harus dimulai dari keluarga hingga masyarakat dan
bangsa. Kedamaian membuat kehidupan bersama menjadi indah.
Our Social Media